Beberapa peneliti memperkirakan 99,99% karsinogen yang kita cerna adalah alamiah.
Sangat
menarik untuk dicermati pengeluaran peraturan daerah (Perda) tentang
aturan larangan merokok ditempat-tempat umum oleh Pemerintah daerah
(Pemda) DKI baru-baru ini. Salah satu alasan pengeluaran Perda
tersebut adalah karena asap rokok dapat menimbulkan pencemaran udara
dan bahaya kesehatan pada manusia. “Malah orang yang tidak merokok
yang terkena kanker. Ini tidak adil.”, kata Sutiyoso selaku Gubernur
DKI pada koran Tempo edisi 2 Februari 2005.
Kanker mungkin telah
terkenal sebagai penyebab kematian kelas wahid pada manusia sehingga
banyak orang yang merasa takut apabila mendengar kata kanker. Sampai
sekarangpun para peneliti masih terus mengkaji sumber daya alam untuk
didayagunakan sebagai obat anti kanker baik sebagai multidrug
resistance (MDR) modulator ataupun zat anti karsigonik lainnya.
Tetapi perlu diketahui bahwa kanker tidak hanya disebabkan oleh asap
rokok saja.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa
80-90% penyakit kanker disebabkan oleh faktor lingkungan, 10-20%
karena faktor genetik dan mungkin virus. Yang termasuk faktor
lingkungan adalah asap rokok 40%, konsumsi makanan 25-30%, dan udara
di sekitar tempat tinggal 10%. Sedangkan berdasarkan data yang
disiarkan beberapa media massa, dapat disimpulkan bahwa “apapun” dapat
menyebabkan kanker. Di antaranya adalah bahan kimia, tetapi hanya ± 30
senyawa yang diidentifikasi sebagai karsinogen (zat penyebab kanker)
manusia. Sekitar 300 senyawa lainnya menyebabkan kanker pada
binatang secara laboratorium.
Karsinogen Alamiah
Tidak semua karsinogen berupa bahan
kimia sintetik. Safrole dalam sassafras dan aflatoksin diproduksi
oleh jamur pada makanan, merupakan senyawa alam. Beberapa peneliti
memperkirakan 99,99% karsinogen yang kita cerna adalah alamiah.
Tumbuh-tumbuhan memproduksi senyawa tertentu untuk melindungi mereka
terhadap jamur, serangga, dan binatang termasuk manusia. Beberapa
senyawa yang diproduksi ini adalah karsinogen yang ditemukan pada
jamur, basil, seledri, kurma, bumbu, lada, adas, parsnips, dan minyak
sitrus. Karsinogen juga dihasilkan selama pemasakan dan sebagai produk
dari metabolisme normal.
Senyawa kimia karsinogen bervariasi, yang akan diuraikan di sini
hanya beberapa karsinogen utama. Beberapa karsinogen yang sangat
berbahaya adalah hidrokarbon aromatik, yang paling dikenal adalah
3,4-benzpirena. Hidrokarbon karsinogenik terbentuk selama pembakaran
tidak sempurna dari hampir setiap senyawa organik. Mereka ditemukan
dalam batubara, asap rokok, pembakaran kendaraan bermotor, kopi, gula
gosong dan sebagainya. Tidak semua hidrokarbon aromatik polisiklik
merupakan karsinogen. Terdapat korelasi yang erat kekarsinogenan
dengan ukuran dan bentuk tertentu dari molekul. Nampaknya sifat
karsinogen tidak hanya disebabkan oleh hidrokarbon semata tetapi
dapat terbentuk karena produk oksidanya dalam hati.
Jenis
karsinogen yang lain adalah amina aromatik. Dua di antaranya adalah
b-naftilamina dan benzidina. Kedua senyawa ini pernah digunakan di
industri zat warna. Senyawa ini bertanggung jawab untuk kanker
kandung kemih pada pekerja yang kontak lama dengan senyawa tersebut.
Beberapa
pewarna aminoazo juga menunjukkan karsinogen, misalnya
4-dimetilaminobenzena. Senyawa ini dikenal sebagai “pewarna kuning
mentega”. Senyawa ini digunakan untuk pewarna mentega sebelum
diketahui sifat karsinogennya.
Tidak semua karsinogen merupakan
senyawa aromatik, beberapa di antaranya adalah nitrosamin dan vinil
klorida. Senyawa lainnya merupakan cincin heterosiklik tiga- dan
empat-anggota yang mengandung oksigen atau nitrogen, misalnya
etilenaimina, epoksida dan turunannya, ester siklik yang juga disebut
lakton.
Zat Antikarsinogen
Berdasarkan hal di atas,
berarti terdapat banyak karsinogen di sekitar kita terutama dari
makanan dan polusi udara. Tetapi mengapa tidak semua mendapatkan
kanker ? Diperkirakan terdapat anti-karsinogen dalam tubuh kita yang
berasal dari makanan yang kita makan tiap hari. Serat diperkirakan
melindungi terhadap kanker usus. Food additive BHT melindungi
terhadap kanker lambung. Pigmen alam b-karoten kemungkinan mempunyai
keaktifan anti-karsinogen.
Hal yang paling menarik adalah nilai
perlindungan diet tinggi dalam sayuran (kubis, brokoli). Jenis diet
ini menunjukkan bekurangnya pengaruh kanker baik pada kajian hewan
maupun manusia. Kepastian senyawa kimia dalam sayuran ini yang
bertindak sebagai antikarsinogen tidak diketahui. Walaupun demikian
dengan makan diet seimbang termasuk buah dan sayuran segar, akan
menyeimbangkan karsinogen dan anti karsinogen.
Paling Berkesan di
Kehamilan Kedua
Di masa awal kehamilan kedua (Mei 2017) suka nangis-nangis Karena inget trauma post partum syndrome di kehamilan pertama. Bayangan ope...
Total Pageviews
Followers
Friday, September 14, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comments:
Post a Comment