Cerita Endri, cerita perjalanan ibu dua anak, dibuat happy dengan segala kebaperannya :)

Friday, February 26, 2016

Sakit Sendiri

halo semua.. pernahkah kalian mengalami sakit sendirian dalam kondisi hamil? yuk sharing!

Ini pengalaman pertama sakit yang lumayan menguras kesehatan dan emosi jiwa. Sakit saat sudah punya suami yang jauh dan dalam kondisi hamil.

Saat diare berlanjut demam dan nggak tau apa yang mesti dilakuin dan hanya meratapi kesendirian yang sudah lama dialami. diare yang harus pup sampe 8 kali dari pagi sampe siang sampai lemes, tapi alhamdulillah sembuh setelah membuat teh pait dengan merebus air sendiri dan beli air kelapa muda sendiri.

Berlanjut dengan demam yang sampai 38,8 C dan nggak tau mesti diapain, akhirnya cuma gulang guling di kasur berharap bisa tidur dan bangun demamnya ilang. Akhirnya bisa tidur, dan saat bangun di termo lagi masih 38,8 juga, duuuh.. aku mesti ngapaiiin.. kasian janinku ikut panas.. aku paksakan makan, nanak nasi sendiri, bikin capcay telur ala kadarnya sendiri dan makan seenegnya. Setelah makan, terbersitlah ide ngompres dahi pakai safe care, balurin tangan dan kaki pake safe care, pakai jaket, pakai celana panjang, pakai kaos kaki, pakai selimut, balik tidur lagi. Panasnya safe care membuatku susah tidur, apalagi yang di dahi, rasanya nggak karuan, cuma bisa gulang guling di kasur sambil nggrememeng sekenanya dan tertidur. Saat bangun berasa gerah banget dan masih kepanasan krn safe care. Aku langsung termo lagi, alhamdulillah turun jd 38,5 dan berangsur-angsur turun sampai 37,5, Alhamdulillah..

Setelah diare dan demam berlalu, sekarang yang tersisa tinggal rasa lemas dan lidah yang pait. Semoga cepet kuat dan berasa normal lagi lidahnya, Aamiiin.

Di saat-saat seperti ini saya teringat kejadian demi kejadian yang telah saya alami satu per satu memori teringat. Ingat saat bulan September 2014 semangat membuat surat pengajuan menjadi pegawai titipan ke Padang agar bisa hidup bersama suami (saat itu saya belum hamil). Ingat saat Alhamdulillah atasan dan kepala dinas tempat saya bekerja menyetujui permohonan tersebut. Ingat saat membawa surat tersebut ke Badan Kepegawaian Daerah(BKD) dan bertemu staf Bagian mutasi yang ramah dan bilang kalau titipan mah prosesnya nggak lama, paling sebulanan. Ingat saat dipanggil menghadap pejabat kepala bidang mutasi dan dibilangin kalo surat pengajuan menjadi pegawai titipan sudah diterima oleh kepala badan, tapi belum bisa di proses karena menunggu saya diangkat menjadi fungsional khusus pranata komputer. Jawaban saya yang menyatakan saya nggak diangkat jadi pranata komputer nggak apa-apa tidak diterima. Argumen saya yang menyatakan ya sudah saya tetap jadi pranata komputer, tetapi jadi pegawai titipan dulu, nanti saat pengangkatan menjadi pranata komputer saya siap ke Depok lagi, itupun juga tidak diterima. Saat itu pupus sudah harapan sebulan lagi bisa tinggal bersama suami. Aku menunggu hingga 4 bulan belum ada kabar pengangkatan pranata komputer dan surat pengajuan menjadi pegawai titipan pun tak berkabar, padahal kondisi saya saat itu sudah hamil. Saya merasa tidak sanggup bila harus hidup sendiri dalam kondisi hamil. Aku memberanikan diri ke BKD lagi dan bertemu dengan kepala seksi mutasi. Aku menanyakan bagaimana surat pengajuan menjadi pegawai titipan, jawaban beliau nanti saya tanyakan ke mbak novi. Saya tanya lagi apakah saya bisa mengubah suratnya, karena saat ini suami saya sering dinas luar, sehingga nantinya saya akan lebih banyak sendirian juga kalo dititipkan ke Padang. Saya berniat menjadi pegawai titipan di Klaten, paling tidak disana ada keluarga saya yang bisa membantu dan menemani saya setiap hari karena kondisi kehamilan saya. Jawabannya terkesan tidak bisa, beliau bilang kalo ikut orang tua itu alasannya kurang kuat. Oh, gitu ya Bu? Baiklah.. dengan alasan yang kuat, ikut suami sampai sekarang nggak di acc sampai sekarang (5 bulan); pake alasan hamil dan ikut orang tua dibilang alasannya nggak kuat -,-.

Apa perlu anda-anda yang mempersulit saya ini merasakan hidup sendiri ditinggal suami kerja di tempat yang jauh, dalam kondisi hamil dan jauh dari keluarga?!

Bukankah di dunia PNS ini masih menghargai adanya keluarga?

Apa anda-anda mau bertanggung jawab jika terjadi apa-apa dengan kehamilan saya?

Jika atasan dan kepala dinas saya sudah menyetujui, bukankah kalian tinggal memprosesnya? kenapa anda mempersulit?

Apakah anda tidak sadar jika anda mempersulit hidup orang, kelak hidup anda akan dipersulit juga? apakah anda tidak percaya karma?

jika pemerintah kota ini ingin menjadi pemerintahan yang Rahmatan lil'alamiin kenapa masih ada kedzoliman terhadap pegawainya?

Ya Allah.. semoga Engkau selalu memberi kelancaran dalam segala urusanku, Aamiiin.

0 Comments:

Post a Comment