Malam ini badan saya sedang tidak fit, hingga selarut ini saya belum bisa tertidur. Saya pun masih mendengar suara anak sulung dari luar.
Anak sulung saya yang sering dipanggil Mbak Iyya ini jarang tidur dengan saya, seringnya tidur dengan Ibu saya. Saya? Saya tidak tidur sendirian juga. Saya tidur dengan Fazil, anak kedua saya yang masih kenceng minum ASI di malam hari. Oleh karena itu, saya sering terlewat peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan anak sulung di malam hari.
Tadi saat saya masih memenuhi kewajiban di dunia ASI dengam Fazil, terdengar percakapan antara Mbak Iyya dengan Ibu saya yang dipanggil Mbah Uti olehnya.
๐ง๐ป Mau susu mbah uti..
๐ต๐ป ya.. tunggu disini, tak buatin dulu
๐ง๐ป ikut, ikut, gendong
๐ต๐ป oalah Ya.. Ya.. Mbah Uti nggak kuat ini.. (tapi tetap digendong)
- Akhirnya Mbah Uti selesai membuatkan susu buat Mbak Iyya, dan Mbak Iyya kembali ditidurkan oleh Mbak Uti. Saat susu sudah habis terminum Mbak Iyya ....
๐ง๐ป Mbah, aku mau piipiis.. tapi nggak mau pipis di pempes..
๐ต๐ป Ow, yowis ayo dilepas pempes sama celananya gรจk ke kamar mandi
๐ง๐ป geendoong..
๐ต๐ป hmm
๐ง๐ป Hehe, Mbak Iyya masih minta gendong Mbah Utii
๐ต๐ป Lha iya, udah berat Mbak Iyyaa.. (sambil ketawa)
- selesai sudah urusan toilet, lalu balik ke kasur .....
๐ง๐ป Mbak Iyya nggak usah pake pempes ya Mbah, Mbak Iyya kan sudah gede ini.. sudah gede lho..
- simbah pun urung k kamar dan mau memakailan celananya Mbak Iyya, saat proses pemakaian celana .....
๐ง๐ป Mbak Iyya mau pakai pempes Mbah Uti.. nanti kalo ngompol ndak bau (sambil tutup hidung)
๐ต๐ป Oalah Ya, Ya, mbok uwis gek Bobok..
- tapi setelah berkata demikian, Mbah Uti tetap ke kamar untuk mengambilkan pempes Mbak Iyya dan memakaikannya dan tidak langsung tidur, mereka masih mengobrol.
Setelah setengah jam berlalu, Fazil sudah kembali terlelap. ASI sudah dilepaskan.
Aku bangun dan nyamperin Mbak Iyya, lalu .....
๐ง Mbak Iyya.. kalo Mbah Uti lagi bikinin susunya Mbak Iyya itu nggak usah ikut minta gendong.. kasian Mbah Uti kan..
๐ง๐ป Kan gelap disini bu.. Mbak Iyya kan takut.. (sambil peluk kenceng simbahnya, dicium-cium sambil ketawa)
Begitu sabarnya Ibu saya menghadapi tingkah Mbak Iyya. Level sabar Ibu saya di level paling atas menurut saya, hingga mampu mengantarkan saya berjuang ke hidup yang sekarang.
Tentu saya ingin membahagiakan ibu selagi saya masih bisa. Apapun permintaannya akan selalu saya penuhi semampu saya. Apapun yang dirisaukan ibu saya akan selalu saya "ayem-ayemi" sampai bahagia semampu saya.
Itu semua tak akan pernah bisa mengimbangi pengorbanan dan perjuangan ibu saya. Mungkin seujung jari kelingking saja tidak sampai. Kasih Ibu yang sepanjang jalan dan tak terhingga sepanjang masa itu tak akan pernah bisa saya tebus dengan apapun juga. Maafkan anakmu Bu ๐ญ
0 Comments:
Post a Comment